Jumat, 18 Maret 2011

Daya Tahan Cinta



Yup sekarang tugas kamu mencari jawaban, kenapa orang yang lagi jatuh cinta suka nggak bertahan lama, bahkan bisa kayak petir yang menyambar. Hm …, mo tahu, kan, jawabannya? Oke, kita cari infonya, yuk?!

Masih ingat, kan, penyebab datangnya cinta itu salah satunya dipengaruhi oleh senyawa kimia, yang bereaksi secara kimia juga. Reaksi kimia itu adalah reaksi yang menghasilkan zat Baru, contohnya bom! Kok, bawa-bawa bom segala?! Bom itu meledak akibat terjadinya reaksi kimia dan setelah bom itu meledak … perhatiin, deh, gimana keadaan daerah yang berada di sekitarnya? Hancur lebur sekejap kilat, kan? Bayangin!

Nah, gitu juga dengan cinta yang terjadi akibat reaksi kimia. Kalo si cinta itu udah meledak, akan terjadi kayak gitu, hancur lebur. Sebab, cinta kamu nggak abadi. Cinta yang abadi itu cuma cinta Sang Pemberi Cinta. Allah Swt. berfirman, Dan tetap kekal Zat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan (QS Al-Rahmân [551: 27).

So, kalo ada orang yang bilang cinta banget sampe nyebutin 100% dan halo nggak percaya belahlah dadaku, kamu jangan percaya, deh! itu nonsense alias dia itu seorang pembohong tulen dan dia termasuk orang yang berkategori Mr./Miss. Gombal. Percaya nggak? Ya udah kalo kamu nggak percaya bahwa dia gombal. Kamu buktiin aja, deh, sendiri dengan membelah dadanya pake golok. Atau, bisa juga, kamu nyuruh aja dia membelah dadanya sendiri! Mungkin nggak, dia ngebelah dadanya? Wah, kayaknya, dia nggak mau. Nah, kalo emang dia nggak mau; berarti bener, kan, bahwa dia tuh, seorang penggombal tulen.

Trus, ciri Mr./Miss. Gombal itu selain hobinya bilang gitu, dia juga suka bilang, “Kalo kamu mati, aku ikut mati”. Walah … busyet, gombalnya minta ampun! Emang bener gitu kalo doinya mati, dia rela ikut mati? Nyatanya, hari gini banyak, kan, orang yang baru beberapa hari ditinggal mati sama doinya, udah punya gebetan baru. Jelas, kan, cintanya palsu?

Ya, iya, wajarlah dia gitu. Ngapain juga repot-repot ikut mati segala. Dunia ini, kan, nggak sesempit daun pete (hehehe ….). Lagian, berani amat dia ikut mati segala? Mati itu, kan …, sakit minta ampun.

Udah, deh, sekarang biar nggak berabe, kamu jangan percaya sama Mr./Miss. Gombal yang hobinya ngobral cinta. Sekarang bilang cinta, besok lusa bisa saja dia bilang nggak cinta. Udah jelas, kan, buktinya? Kamu amatin lagi, deh, info percintaan para seleb! Awalnya, mereka gila-gilaan bilang cinta sama doinya; eh, besok lusanya, dia bilang nggak cinta dan pacaran mereka pun bubar atau status merit mereka pun jadi cerai.

Memang bener, cinta itu mudah datang dan mudah hilang (easy come easy go) seperti kata Mr. John Bonaparte bahwa cinta, tuh, datang bagaikan kilat yang bisa menyambar siapa saja. Namun, mengapa cinta bisa datang tanpa diundang dan bisa menghilang tanpa diperintah?

Para pakar cinta nyebutin alasannya dengan empat tahapan proses kimiawi. Jelasnya, yuk, kita simak komentarnya!

Tahap pertama, terkesan atau penjajakan. Di tahap ini, sinyal cinta bermula dari kontak indera mata yang berpandangan, yang akhirnya terekamlah suatu “kesan”. Nah, saat itu juga, otak langsung mencari dan merekam penyebab “kesan” itu. Selanjutnya, secara alami apa pun yang ditimbulkan, kekasih melahirkan kesan yang bisa memicu tumbuhnya reaksi romantis.

Tahap kedua, ketertarikan. Di tahap ini, reaksi-reaksi romantis pada tahap satu akan merangsang produksi senyawa phenylethylamine, dopamine, dan norepinephrina di otak. Nah, halo ketiga senyawa kimia itu mengalir ke seluruh tubuh, bisa memunculkah perasaan bahagia. Sementara senyawa phenylethylamine bisa membuat orang tersenyum malu-malu ketika bertemu pujaan hatinya. Tapi, proses ini nggak bertahan lama karena keterbatasan tubuh dalam memproduksi senyawa ini (phenylethylamine) yang cuma bertahan 2-4 tahun. So, akibat kemampuan produksi senyawa inilah, seseorang yang sedang jatuh cinta nggak bisa bertahan lama.

Untuk membuktikan teori ini, Mr. Helen Fischer seorang peneliti cinta sekaligus penulis buku Anatomy of Love-meneliti kasus perceraian silang dengan meneliti perkawinan 62 budaya masyarakat. Hasil penelitiannya itu menyebutkan bahwa tingkat perceraian tertinggi ada pada usia perkawinan 4 tahun (Four Years Itch). Kasus itu terjadi karena setelah perkawinan berlangsung 2-4 tahun, efektivitas senyawa phenylethylamine yang diproduksinya itu mulai berkurang, bahkan telah hilang. Puncaknya terjadi pada usia keempat perkawinan. Andaikan masa kritis itu bisa terlewati oleh mereka, itu akibat hadirnya anak kedua. Dari hasil penelitiannya itulah, dia terkenal dengan sebutan teori Four Years Itch. Oh …, itu toh, alasan banyak orang pacaran jadi putus dan banyak orang merit jadi cerai. So, sekarang nggak heran, kan, banyak orang bilang bahwa cinta itu ibarat kilat menyambar cepat dan lenyap sekejap kilat. Oke, deh, biar kamu nggak broken heart gara-gara diputusin pacar, Rasulullah Saw. berpesan, “Cintailah kekasihmu sewajarnya karena bisa jadi suatu saat dia akan menjadi musuhmu. Dan bencilah musuhmu sewajarnya karena bisa jadi suata saat dia jadi kekasihmu” (HR Tirmidzi).

Tahap ketiga, pengikatan. Dalam fase ini, tubuh memproduksi senyawa endorfin, sejenis morfin yang berfungsi menenangkan dan mengurangi rasa sakit. Dengan adanya senyawa endorfin ini, timbul rasa damai, tenteram, sekaligus sebagai pengekal cinta saat gelora cinta habis seiring dengan terhentinya produksi phenylethylamine. So, fungsi penting dari senyawa endorfin ini adalah untuk mengekalkan senyawa cinta. Mr. Mark Goulston seorang psikiater dari Universitas California menyebutkannya, “Mencintai seseorang sebagaimana adanya orang itu.” Namun demikian, produksi endorfin ini juga dapat terhambat akibat seseorang patah hati atau ditinggal pasangannya, yang akibatnya senyawa endorfin ini juga bisa menimbulkan rasa marah dan gelisah.

Tahap keempat, persekutuan kimia. Oke, selain senyawa phenylethylamine yang berpengaruh terhadap datangnya gelora cinta, ternyata senyawa oksitosin jugayang diproduksi di otak—bisa membuat saraf menjadi sensitif. Contohnya, saat oksitosin bereaksi, tubuh akan terpacu untuk merasakan sensasi cinta, bahkan hormon ini juga diduga bisa mendorong terjadinya proses orgasme ketika bercinta.

Namun, semua pernyataan itu dibantah oleh Diane Lie, seorang psikolog yang mengatakan, “Meski cinta dapat diuraikan secara kimiawi, bukan berarti gejolak cintanya ditentukan oleh hormon. Sebab, rasa cinta juga dipengaruhi oleh faktor sosial dan faktor lainnya.” Oleh sebab itu, menurutnya lagi, tak berarti jika hormon berkurang; vibrasi atau sensasi cinta menjadi berkurang. Dengan demikian, Diane Lie ingin mementahkan teori Four Years Itch-nya Helen Fischer.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar