Jumat, 18 Maret 2011

.

Berparas cantik itu sebuah anugerah. Namun, tak gampang menjalani hidup dengan paras rupawan. Sering-sering terperosok, studi dan karier terhambat, dan berisiko salah memilih teman hidup.

Karena cantik, semua laki-laki bilang cinta, sehingga tak gampang menyaring mana cinta sejati, mana yang gombal. Cinta laki-laki semata pada kecantikan tidaklah kekal. Begitu tak cantik, cinta tak ada lagi.

Karena cantik, godaan menghadang. Umumnya tak tekun studi, karena waktu terbuang untuk yang belum tentu produktif. Pergi berhias ke salon, mematut diri di depan cermin, banyak laki-laki datang bertandang, sering janji kencan, dan mungkin kawin muda karena salah menafsirkan cinta.

Jika paras cantik, seks dan cinta menjadi tak ada bedanya. Bukan saja kalangan artis dan selebritis, perempuan kebanyakan pun berisiko jalan hidupnya tak mulus. Banyak contoh muncul dalam kegagalan perkawinan di pergaulan Hollywood.

Berparas cantik itu riskan. Oleh karena itu, perempuan cantik perlu lebih waspada. Bukan saja perlu merasa diri tidak cantik supaya tidak jumawa, kematangan pribadi perlu dimunculkan. Lebih menghargai yang “di dalam” ketimbang yang tak kekal “di luar”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar